ISI
KANDUNGAN DAN MAKNA SURAT AL-IKHLAS
Surah al ikhlas diturunkan di kota Mekah sehingga dikatakan
sebagai surat Makiyah.Surat al ikhlas menjadi pusat dalam ajaran substantif
Islam yang mengajarkan tentang keesaan Tuhan.
Dalam kajian
akademis, surat al ikhlas memiliki arti dan makna bahwa ajaran Islam yang
dibawa Nabi Muhammad adalah monoteistik (Tuhan esa), bukan politeistik (banyak
Tuhan).
Oleh karena itu, arti dan makna surat al ikhlas beserta terjemahannya ini ditulis bertujuan untuk mengetahui secara hakiki tentang hakikat, arti dan makna surat al ikhlas agar bisa dimengerti umat Islam. Dengan demikian, setiap kali umat muslim membaca bacaan surat al ikhlas, ia tahu arti beserta makna kandungan surat al ikhlas untuk kemudian diresapi di dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, arti dan makna surat al ikhlas beserta terjemahannya ini ditulis bertujuan untuk mengetahui secara hakiki tentang hakikat, arti dan makna surat al ikhlas agar bisa dimengerti umat Islam. Dengan demikian, setiap kali umat muslim membaca bacaan surat al ikhlas, ia tahu arti beserta makna kandungan surat al ikhlas untuk kemudian diresapi di dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Surat ini
terdiri atas 4 ayat, diturunkan sesudah sesudah surat An Naas. Dinamakan Al
Ikhlas karena surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah s.w.t.
1.
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang
Maha Esa,
2.
Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu.
3.
Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan,
4.
Dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.”
Pokok-pokok
isinya:
Penegasan
tentang kemurnian keesaan Allah s.w.t. dan menolak segala macam kemusyrikan dan
menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Surat Al Ikhlash ini
menegaskan kemurnian keesaan Allah s.w.t.
Keutamaan:
Terdapat
banyak hadist yang menyebut keutamaan surat ini, bahwa membacanya sama seperti
pahala membaca sepertiga isi al-Qur’an karena setiap apa yang dikandung
dalamnya merupakan penjelasan isi surat al-Ikhlas. Sebab lain karena mengandung
tiga dasar-dasar umum syariat; yakni tauhid, ketetapan
larangan-larangan (hudud) dan hukum-hukum, serta penjelasan
hal amal perbuatan yang menjamin kemurnian tauhid. Hadist riwayat
Bukhori, Abu Daud dan Nasa’i berasal dari Abu Said al-Khudhri mengatakan, bahwa
ada seseorang mendengar orang lain membaca Qul huwa Allahu ahad berulang
kali, lalu ketika datang waktu pagi orang itu datang menceritakannya kepada
Nabi SAW. seakan meremehkan bacaan itu, maka bersabda Nabi SAW.: ”Demi Allah,
yang jiwaku berada dalam kuasaNya. Sesungguhnya bacaan surat al-Ikhlas itu sama
dengan sepertiga isi Al-Qur’an”.
Hadist
lain diriwayatkan Imam Bukhori dari Abu Said RA berkata, bahwa Rasul SAW
bertanya kepada para Sahabat: ”Tidak mampukah kalian membaca isi Al-Qur’an
dalam semalam?” lalu sahabat merasa keberatan dengan mengatakan siapa yang
mampu melakukannya ya Rasulullah, maka Nabi menunjukkan bahwa Allahu
Al-wahid Ash-shomad merupakan sepertiga al-Qur’an.
Imam
Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah RA berkata, bahwa Rasul SAW
bersabda: ”Berkumpullah, karena aku akan membacakan kepada kalian sepertiga
Al-Qur’an” maka berkumpul sebagian sahabat yang mau, kemudian beliau hadir dan
membacakan Qul huwa Allahu ahad lalu masuk lagi yang menyebabkan para
sahabat saling bertanya sendiri. Maka Rasulullah SAW berkata: ”Apa yang aku
bacakan kepada kalian itu merupakan sepertiga al-Qur’an, dan aku memahami kebenaran
berita ini berasal dari wahyu”. Lalu Nabi SAW keluar dan mengatakannya lagi:
”Aku akan membaca untuk kalian sepertiga al-Qur’an, ketahuilah bahwa surat
al-Ikhlas mengimbangi kandungan sepertiganya”.
Imam
Ahmad, Tirmidzi dan Nasa’i meriwayatkan hadist dari Abu Ayyub al-Anshori bahwa
Nabi SAW. bersabda: ”Tidak mampukah kalian membaca isi Al-Qur’an dalam semalam?
maka siapa yang membaca Qul huwa Allahu ahad, Allah ash-shomad di
suatu malam, maka dia di malam itu telah membaca sepertiga al-Qur’an”.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ .(QS.Al-Ikhlas:1)
Artinya: Katakanlah: `Dialah Allah, Yang
Maha Esa
Pada ayat ini Allah menyuruh
Nabi-Nya menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat
Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak
berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu
memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan sesuatu
apapun.
Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga hal:
Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga hal:
- Dia Maha Esa pada zat-Nya,
- Maha Esa pada sifat-Nya dan
- Maha Esa pada afal-Nya.
الصَّمَد .(QS.Al-Ikhlas:2)
Artinya: Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu
Pada
ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu,
yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Artinya: Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,(QS.Al-Ikhlas:3)
Artinya: Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,(QS.Al-Ikhlas:3)
Dalam ayat ini
Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga
menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa
malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani
bahwa Isa anak laki-laki Allah.
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Artinya: dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia `.(QS.Al-Ikhlas:4)
Dalam ayat ini
Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia
dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang
yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya,
sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat
itu adalah sekutu Allah.
Subhanallah trimakasih atas penjelasannya yang sangat iddah sangat mudah di pahami Alhamdulillahi Robbil 'allamin...
BalasHapusKenapa di surat Al ikhlas tidak ada kalimat ikhlas?
BalasHapus